Mengapa masih banyak orang yang percaya dengan ajaran agama padahal banyak kisah di kitab suci itu fiktif?

Filosofis.id - Mengapa masih banyak orang percaya dengan ajaran agama? Ya karena banyak orang yang memang ingin percaya. Bagi kalangan ini (ingin percaya) semua kisah masa lalu yang sesuai dengan dan bisa memuaskan fantasinya pastilah diyakini sebagai kebenaran.

Ukuran kebenaran itu bukan pada logis-tidak logis suatu narasi, bukan pula pada ada atau tidaknya data empiris yang mendukung narasi tersbut, melainkan pada bisa atau tidaknya narasi kisah tersebut memenuhi fantasi dirinya.

Masalahnya, apakah semua orang beragama (tertulis di ID card) pasti karena percaya ajaran agama tersebut? Belum tentu!

Tidak sedikit orang menganut agama karena motif, tujuan, dan/atau kepentingan tertentu. Orang-orang golongan ini bisa diidentifikasi dari rendahnya frekuensi peribadatan (ritual), rendahnya tingkat kepatuhan terhadap perintah dan larangan agama yang dianut, serta moderatnya pandangan dan sikap yangbersangkutan terhadap doktrin-doktrin keagamaan.

Selanjutnya, benarkah kisah-kisah di dalam kitab suci agama-agama hanyalah fiksi? Ya belum tentu juga. Boleh jadi peristiwa atau tokoh yang dikisahkan di dalam kitab suci suatu agama itu merupakan sesuatu yang factual, hanya saja narasinya sudah dibumbui dengan hal-hal yang fantastic agar memenuhi fantasi manusia pada era tersebut.

Mengapa fantasi manusia harus dipenuhi, supaya pesan-pesan moral dan spiritual yang ingin disampaikan melalui narasi kisah tersebut menjadi menarik, berkesan, dan mempunyai daya sugestif pada masyarakat.

Mengenai fantasi manusia itu, jangankan masyarakat kuno yang tingkat kecerdasan dan pengetahuannya masih sangat terbatas, masyarakat modern di era milenial sekarang pun masih suka mendengar/membaca/menonton cerita-cerita yang fantastic meskipun itu hanyalah cerita fiktif.

Kita semua tentu pernah dengar, bahkan boleh jadi penggemar, cerita Wiro Sableng, Dora Emon, Avatar dll. Mengapa komik, novel, atau film-film fiksi itu digemari sehingga menjadi karya best seller atau box office? Ya karena cerita/kisah dan narasinya sesuai dengan fantasi manusia pada umumnya.

Apakah hanya agama yang boleh divonis banyak berisi kisah-kisah fantastic dan fiktif? Ya, tidak juga.

Sains pun banyak dipenuhi oleh klaim-klaim fiktif meskipun disembunyikan dan dibungkus dengan sebutan teori. Contohnya: big bang, big crunch, black hole, worm hole, super string, parallel universe, evolusi primate dan manusia, panspermia, protocell, continental drift dll.

Bedanya dengan klaim kitab suci agama, klaim sains itu boleh diperdebatkan, dimodifikasi, di disempurnakan atau ditolak. Sedangkan narasi klaim agama cenderung dipatok sebagai sesuatu yang pasti benar.

Kesimpulan

Mengapa masih banyak orang yang percaya dengan ajaran agama padahal banyak kisah di kitab suci itu fiktif?

Ajaran agama dipercaya karena memang banyak manusia yang ingin percaya. Sebab, secara naluriah manusia memang menyukai kisah-kisah yang fantastic (sebagaimana diceritakan di dalam kitab suci), tidak peduli apakah kisah itu riil atau fiktif.

Penulis Mohammad Kanedi, 24 Desember 2020

0/Post a Comment/Comments