Penulis: Muhri
Buku Menggugat Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia merupakan kritik tajam terhadap konstruksi estetik dan ideologis yang menyertai munculnya generasi sastrawan pasca-reformasi. Penulis mempertanyakan keabsahan istilah "Angkatan 2000" sebagai kategori sastra yang mapan, sekaligus mengulas kecenderungan karya-karya yang dianggap mewakili angkatan ini—mulai dari puisi, cerpen, hingga novel—yang sering kali lebih menekankan gaya dan eksperimentasi formalisme ketimbang kekuatan isi dan visi kebangsaan. Dengan pendekatan historis dan sosiologis, buku ini mengurai bagaimana lanskap sastra Indonesia pasca tahun 2000 dibentuk oleh pasar, media, dan jejaring digital yang tidak selalu berpihak pada keberlanjutan tradisi intelektual dan kultural sastra Indonesia.
Dalam kritiknya, penulis menyoroti
bagaimana semangat dekonstruksi dan relativisme makna yang menonjol dalam
karya-karya Angkatan 2000 sering kali lepas dari akar realitas sosial-politik
Indonesia yang kompleks. Alih-alih menjadi medium perlawanan atau refleksi atas
krisis bangsa, banyak karya justru terjebak dalam estetika individualisme yang
cenderung apolitis. Buku ini juga menggugat absennya wacana ideologis yang kuat
dalam karya-karya sastra kontemporer, serta menyayangkan minimnya keterlibatan
sastrawan dalam proyek kebudayaan yang lebih luas. Dalam hal ini, penulis
mengusulkan perlunya revitalisasi sastra sebagai praksis kultural yang kritis
dan transformatif.
Menggugat Angkatan 2000 dalam
Sastra Indonesia bukan hanya menawarkan kritik, tetapi juga membuka ruang
dialog tentang arah dan tanggung jawab moral sastra Indonesia di abad ke-21.
Buku ini mengajak pembaca, terutama para kritikus, akademisi, dan sastrawan
muda, untuk merenungkan ulang hakikat sastra sebagai cermin zaman dan alat
perubahan sosial. Dengan narasi yang tajam namun argumentatif, buku ini menjadi
kontribusi penting bagi pemetaan ulang dinamika sastra Indonesia kontemporer,
serta upaya untuk menempatkan kembali sastra pada posisi strategisnya dalam
wacana kebangsaan dan kemanusiaan.
Posting Komentar